Wednesday, May 7, 2008

Tarot Untuk Pemula: Petunjuk Penggunaan Kartu Tarot Praktis

PENDAHULUAN

Kartu Tarot…. Bilamana kita mendengar istilah kartu Tarot atau ramalan Tarot pikiran kita secara otomatis langsung tertuju pada satu kartu khusus yang dianggap menakutkan serta membawa sial bagi orang yang mendapatkan kartu tersebut. Kartu yang dimaksudkan adalah Kartu Tarot Major Arcana nomor XIII—The Death alias Kartu Kematian—bilamana diterjemahkan secara harafiah.

Atau bila kita mendengar kartu Tarot maka pikiran kita langsung tertuju pada Kartu Tarot yang jumlahnya dua puluh dua kartu, karena memang kartu Tarot Major Arcana-lah yang paling sering muncul dalam film-film, komik, sinetron atau telenovela.

Dan yang paling menyedihkan adalah Kartu Tarot nomor XIII—The Death selalu menjadi Kartu Mati, maka konotasi The Death adalah kartu pembawa sial yang paling ditakuti dari seluruh deret Kartu Tarot yang kita kenal.

Sebenarnya apa itu kartu tarot?

Tarot mulanya merupakan permainan kartu yang diturunkan dari permulaan waktu. Yang mungkin saja pada saat itu kartu-kartu Tarot sudah digunakan sebagai ramalan yang digunakan untuk kepastian spiritual.

Asal muasal kartu Tarot sendiri agak kurang jelas dan sampai kini tetap menjadi misteri. Banyak sekali teori serta pendapat yang mencoba menjelaskan asal usul kartu Tarot ini dan menjadikan kartu ini lebih diselubungi oleh misteri.

Banyak yang berpendapat bahwa kartu Tarot sudah dipergunakan sejak zaman Mesir Kuno empat ribu tahun yang lalu, lalu ada yang berpendapat dua ribu tahun dan bahkan ada pula yang berpendapat sejak zaman Renaissance sebagai pengaruh dari kebudayaan Islam yang masuk ke Barat. Namun disini kita tidak akan membicarakan asal muasal kartu Tarot, kita bisa membahas hal ini dilain kesempatan dan lain waktu.

Diperkirakan kartu Tarot berubah bentuk dasarnya menjadi bentuk yang kita kenal sekarang ini sejak abad ke 16. Kartu Tarot terdiri atas tujuh puluh delapan kartu yang terbagi atas dua bagian utama:



  • Dua puluh dua Kartu Major Arcana (Arcanuum—Latin—Rahasia), sering dikenal sebagai kartu utama.

  • Lima puluh enam Kartu Minor Arcana.


Kartu Tarot dipercaya sebagai alat untuk mengungkap segi-segi kehidupan manusia yang cenderung tajam serta dipercaya mampu mengungkap rasa ingin tahu manusia untuk menyingkap apa yang mungkin dapat terjadi dalam kehidupannya di masa yang akan datang.


Etika Membaca Kartu Tarot

Membaca Kartu Tarot merupakan pengalaman yang sangat berpengaruh, mendebarkan serta menyenangkan. Karena membaca Kartu Tarot seperti membaca kebijaksanaan para bijak yang tidak lekang oleh waktu kita seperti dibawa menuju keindahan kebijaksanaan itu sendiri. Dengan membaca Kartu Tarot kita mencari kebenaran yang sejati.

Perlu diperhatikan bahwa kartu Tarot tidak memberikan jawaban atau penyelesaian bagi seluruh permasalahan yang sedang kita hadapi apalagi terhadap persoalan yang kita buat sendiri. Kartu Tarot hanya memberikan beberapa alternative jalan keluar yang keputusannya tetap berada di tangan orang yang bertanya.

Pembaca Kartu Tarot sendiri tidak bisa dan sama sekali tidak berhak untuk menentukan pilihan yang harus diambil dan dibuat oleh orang yang bertanya.

Kartu Tarot tidak bisa menjawab pertanyaan yang bila jawabannya adalah iya atau tidak. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah si dia benar-benar mencintaiku atau tidak?” atau “Bisakah hubungan kami berlanjut selamanya?” atau pertanyaan seperti “Apakah bisnis ini menguntungkan saya?” tidak bisa dijawab dengan jawaban iya atau tidak karena setiap keputusan dan tindakan yang harus diambil harus dipikirkan masak-masak bukan sekedar jawaban ya atau tidak…. Dan orang yang bertanya tidak akan melakukan apa-apa untuk mewujudkan apa yang menjadi impiannya. Lagipula jawaban iya atau tidak adalah jawaban yang dangkal. Tidak ada maknanya sama sekali.

Pembaca Kartu Tarot untuk bisa memahami setiap nuansa pertanyaan dan permasalahan orang yang bertanya padanya harus membuka dirinya secara emosional, membuka hati dan jiwanya serta menggunakan akal sehat karena kita akan menggunakan kekuatan bawah sadar, petunjuk ilahi dan berempati terhadap setiap permasalahan yang dihadapi oleh orang lain.

Kartu Tarot adalah sekedar kartu, alat yang bisa membantu kita untuk memahami kehidupan manusia dan dengan kehendak Yang Kuasa dapat membantu memberikan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi orang lain. Hendaklah kita tidak perlu terlalu mengagung-agungkannya seperti layaknya kitab suci.

Tentu saja kita harus menghargai kartu-kartu tersebut namun bukan berarti kita harus mendirikan sebuah kuil atau tempat suci untuk mereka. Yang harus kita lakukan adalah bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kuasa dan berkahnya untuk meringankan beban orang yang datang kepada kita.

Sebelum kita mulai untuk membacakan kartu Tarot bagi Penanya kita harus memberikan pendahuluan atau mengingatkan bahwa apa yang kita sebar di atas meja dan kita uraikan makna daripada gambar-gambar tersebut adalah petunjuk, pilihan, saran dan alternative yang diperuntukkan untuk Penanya. Dan perlu terus diingatkan bahwa Penanya adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan itu sendiri.

Buatlah suatu jurnal yang menyeluruh pada percobaan-percobaan untuk sebaran dan uraian sebaran kartu untuk memantau kemajuan yang telah dicapai serta mencari metode yang tepat untuk anda sendiri.

Dan tentu sekali lagi saya ingatkan untuk tidak terlalu membebani diri dan pikiran anda, karena bagaimanapun Jodoh, Mati dan Harta adalah kehendak Tuhan yang Maha Kuasa.

Selamat Berjuang.


Catatan Khusus:



  • Bilamana anda memperoleh Kartu Tarot yang jumlahnya tidak lengkap, atau hilang sebuah kartu di kemudian hari. Jangan risau dan ragu lalu sibuk mencari kartu pengganti karena hal itu mungkin sudah dikehendaki, bahwa kita hanya berjodoh dengan kartu yang ada. Kartu yang hilang tidak mengurangi arti dari keseluruhan kartu.

  • Disarankan untuk kartu baru untuk tidak langsung dipakai. Tetapi “diisi” dahulu dengan dengan diri kita. Caranya: kocok seluruh set kartu lalu diamkan. Cuci tangan anda dan kocok kembali lalu biarkan kartu baru anda selamaman tidur bersama anda.

  • Sebagai penghormatan dan pencegahan dari hal-hal yang tidak kita inginkan cucilah tangan setiap kali sebelum menggunakan dan memakai kartu. Lalu begitu selesai kocok lagi dan letakkan pada tempatnya dan cucilah tangan anda kembali.

  • Bilamana dirasakan kartu-kartu anda berat atau merasa aliran energinya rusak karena dipegang-pegang orang lain anda dapat melakukan pembersihan dengan cara yang sama dengan kartu baru.


BAB I Perkenalan

Jumlah keseluruhan Kartu Tarot adalah tujuh delapan Kartu yang terbagi atas dua bagian utama yakni duapuluh dua Kartu Tarot Major Arcana dan limapuluh enam Kartu Tarot Minor Arcana. Kedua bagian tersebut dapat digunakan secara terpisah atau digunakan secara bersama-sama.


Kartu Tarot Major Arcana

Major Arkana biasanya dipakai untuk menunjukkan keadaan mental dan spiritual sedangkan Minor Arkana menunjukkan dan menjelaskan keadaan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat keduniawian atau material.

Major Arkana dapat diurutkan dari kartu 0 (Zero, Nol, Kosong) ke kartu ke duapuluh satu—dimulai dari The Fool (0), The Magician (I), The High Priestess (II), The Empress (III), The Emperor (IV), The Hierophant (V), The Lovers (VI), The Chariot (VII), Strength (VIII), The Hermit (IX), The Wheel of Fortune (X), Justice (XI), The Hanged Man (XII), The Death (XIII), Temperance (XIV), The Devil (XV), The Tower (XVI), The Star (XVII), The Moon (XVIII), The Sun (XIX), Judgment (XX), dan The World (XXI).

Dan bilamana kita telaah, urut-urutan kartu tersebut dimulai dari 0 sampai ke 21 dari the Fool sampai ke The World merupakan alur urut-urutan kisah hidup manusia itu sendiri. Dan terus berulang.


Kartu Tarot Minor Arcana

Ke limapuluh enam Kartu Tarot Minor Arcana memiliki bentuk yang mendasari apa yang kita kenal secara luas dan menjadi kartu permainan yang popular. Sehingga tidak berlebihan bilamana Kartu Tarot Minor Arcana merupakan asal usul dari permainan Kartu Remi yang kita kenal sekarang.

Seperti halnya Kartu Remi, Kartu Tarot Minor Arcana juga terbagi atas empat dasar elemen/rumah/warna/jenis.




Hanya saja jumlah kartu remi modern dikurangi dua buah Joker (Hitam dan berwarna) hanya berjumlah limapuluh dua kartu, sedangkan kartu Minor Arcana berjumlah limapuluh enam kartu.

Hal ini disebabkan karena ada empat kartu yang tidak dipergunakan lagi dalam kartu remi modern yakni kartu-kartu Page/Princess dari Court Card (Raja, Ratu dan Jack). Bilamana kondisi mendesak kita dapat mempergunakan kartu remi modern sebagai ganti kartu Tarot Minor Arcana dengan ditambah satu buah kartu Joker sebagai kartu The Fool.

Setiap Rumah/jenis Kartu Tarot Minor Arcana memiliki empatbelas kartu yang terdiri dari sepuluh kartu berangka: As (satu), dua, tiga dan seterusnya sampai sepuluh dan ditambah empat Kartu Court (Court Card): Raja, Ratu, Ksatria dan Page atau Raja, Ratu, Pangeran dan Putri.


KOCOKAN DAN SEBARAN KARTU

Kocokan Kartu
Banyak cara untuk mengocok kartu-kartu Tarot sebelum kita mulai membacanya dan mencari kebijaksanaan yang terselubung dalam tiap-tiap kartu yang diletakkan.

Kembali disini kita tekankan kocok saja kartu-kartunya sesuai dengan kata hati nurani anda. Apa yang menurut anda paling cocok dan memberikan hasil yang terbaik bagi bacaan kartu anda.

Bila kita merasa lebih cocok mengocok kartu lalu membaginya jadi dua tumpukan lalu mengocok masing-masing tumpukan secara tersendiri dan dikembalikan lagi dalam satu tumpukan lagi dan memberikannya pada Penanya untuk mengocok kartunya sendiri, lakukan saja. Dalam mengocok kartu tidak ada teknik khusus. Semua dapat anda kembangkan sendiri.

Atau bila anda lebih suka mengocokkannya sendiri sambil membuka hati dan perasaan anda atau sambil bercakap-cakap dengan Penanya lalu menyebar kartu-kartunya di atas meja tanpa memberikan Penanya kesempatan untuk mengocoknya sendiri. Silahkan. Lakukan kocokan kartu sesuai dengan hati nurani atau panggilan hati anda.

Sebaran Kartu
Sebaran kartu untuk membaca Tarot juga cukup beragam. Namun disini kita hanya mempelajari satu buah sebaran kartu yang penting sebagai dasar untuk membaca Tarot bagi pemula. Sebaran kartu yang dimaksud di sini adalah sebaran kartu yang snagat populer yang digunakan banyak orang baik itu Pembaca Tarot Pro atau seorang Pemula.

Celtic Cross (baca: Keltik, bukan Seltik) adalah sebaran kartu yang sangat banyak digunakan untuk membaca dan mengartikan Tarot. Sebaran kartu Celtik Cross ini terdiri atas sebelas kartu yang tiap-tiap posisinya memberikan gambaran dan saran yang bisa kita jelaskan pada Penanya.






Sebaran Celtic Cross




  1. Keadaan Penanya Saat ini

  2. Situasi sekitar yang mempengaruhi Penanya

  3. Hambatan yang dihadapi Penanya

  4. Dasar, pijakan untuk bertindak/mengambil tindakan

  5. Pelajaran dari masa lalu/hal-hal yang di masa lalu yang mempengaruhi keadaan sekarang

  6. Fokus ke depan

  7. Apa yang mungkin terjadi/saran-saran yang harus diberikan

  8. Kepribadian Penanya

  9. Pendapat/opini orang lain mengenai Penanya

  10. Harapan dan Ketakutan

  11. Hasil Akhir, apa yang yang bisa dicapai/diraih


Di sini kita tidak mempelajari apa yang sudah umum dipercayai orang bahwa kartu Tarot yang terbalik memiliki arti yang berbeda atau arti yang negative daripada kartu Tarot yang tidak terbalik. Bila anda mendapati kartu anda terbalik saat menarik kartu dan menyebarnya, maka putar kembali kartu tersebut ke posisinya yang benar/tegak. Hal ini dikarenakan bahwa kita menerapkan apa pun yang kita baca, semua keputusan kita kembalikan lagi pada Penanya. Kita tidak dapat memberikan pendapat/opini apalagi memberikan keputusan apa yang terbaik bagi mereka. Ingat nasib seseorang berada di tangan orang yang bersangkutan.

Tentu saja sebelum anda mencoba membaca kartu untuk orang lain, kita perlu menghapal dan memahami arti tiap-tiap kartu serta berlatih membaca kartu Tarot, serta membuat jurnal untuk memudahkan kita memantau perkembangan kemampuan kita.

Tuesday, April 29, 2008

Canangsari, a Delight offering for the Deities

Canangsari…
Daily offerings for the deities’ feast. Consist of young coconut leaves, colourful flower, finely sliced pandan leaves, a slice of fruit, a candy or a cake, holy water and lit incense.








Culture and religion is an integral part to construct of Bali people. The religion plays the important part to the culture of Bali people, as seen as many of the culture products in Bali are the result of the religion. The culture is existed because of the religion and the vice versa.

The culture products may be seen bodily in Bali , manifested in architectural buildings, arts, music, dances, and everything else are dedicated to the religion. Not every nuances of the unique Balinese culture we are privileged to observe, but one thing people may notice right off a moment they were landed in this island is the daily offerings in the small laden of young coconut leaves filled with flowers, finely sliced pandan leaves, and a small slice of fruit.

Canangsari can be found everywhere around the island, started from the temples, every intersection people may pass through, every front gates, front doors, main family temple, shrines, rooms, even on the computer’s case.

The small basket made carefully from young coconut leaves to be filled with flowers, finely sliced pandan leaves and other things such a sliced of sugar cane, candy, cake or rice and nuts.

The art of the offering making is the gesture of the Bali people to express their gratitude for God’s blessings.


The Canangsari business
Balinese Hinduism followers render the offerings everyday. With the total of Bali’s population of 3.2 million of people which 93 percent is Balinese Hindu it could make a rough calculation that estimated about 3-4 million of offerings rendered everyday in Bali .

It is quite a business to make the Canangsari business profitable. A modest household, not mention to the business establishments in Bali , needs about 20-50 daily canangsari every day. With the range price Rp 5,000—Rp 10,000 per day. So imagine that how much money needed to be spent for the offerings and how many kilograms of flowers, leaves and other items were needed.

Many of Balinese women, especially at the rural areas still practice the art of the offering making for their own purpose as part of the their household management. Yet their counterpart in the town, especially the working women tried to be more practical with buying the ready made offerings.

The Cryptic of Canangsari
Actually, behind the gesture of the daily offerings for the deities’ feast there’s cryptic message for the Balinese Hindu* as recently a village leader pointed out to the writer that the offerings need certain ingredients which need the keeping for the environment to ensure their gesture will be sustained for their offspring.

The basic rule of the daily offering for the God’s feast—certain flower of colour red, yellow, white or violet, certain leaves, certain fruit, a dab of holy water that should be taken from of certain spring. All of them need to protect the environment for the offspring could continue the gratitude gesture to the God.

The need to protect the environment should be by all the concerned, as the consciousness that the all of the source of the ingredient will not last forever without pruning, cultivating and preserving the environment. The entire source behind the canangsari is correlated and aptly put with the recent issue of the global warming and climate change.

Indeed, the canangsari business is need of a lot-lot of flowers, young coconut leaves, pandan leaves and other items and also holy water, however the canangsari is the manifestation of Bali people’s concern and love towards the nature.

The correlation of the trees, water, land and of course human, should be in balance. The trees need the water; the trees nurtured the water will be preserved. The water conserved the trees will be cultivated, and then the land is nourishing and good for the human. This is traditional wisdom that we should learn.

Through the canangsari, Bali people learn that the ingredients of the canangsari were needed to be protected so that they will be able to continue and pass the gratitude to the God expression down to their offspring. If they neglected to do that, it will be sure that all ingredients will be lost forever to them.

The concept of preserving the environment will ensure the continuation of the art of canangsari making to our descendants. It’s mean that our children will be able to express their gratitude with the offerings.


****
*) : Balinese Hinduism, 'Agama Tirtha', is very different from Indian Hinduism. Because in the Balinese Hinduism almost all Balinese ceremonies involved and ended to the cleansing the spirit with the holy water (tirtha)—Gede Prama—“Merenda Agama Tirtha”.